Sejarah Singkat Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon

1. Sejarah Berdiri

Segalanya berawal dari sebuah niat sederhana. Di penghujung malam, lahir gagasan H. Andi Natamiharja untuk mengadakan pengajian pemuda. Ide ini disambut hangat oleh masyarakat kampung pabrik dan pemerintahan setempat. Maka dibentuklah sebuah Majlis Taklim dengan pengurus antara lain H. Andi, H. Maman, dan H. Aa Jauhari. Madrasah Nurul Huda kala itu menjadi saksi awal langkah kecil yang penuh arti.

Cobaan pun datang. Fitnah sempat menghentikan kegiatan, hingga akhirnya pengajian dipindahkan ke garasi rumah H. Andi. Namun tekad tak pernah padam. Dengan semangat kebersamaan, para penggagas membangun sebuah masjid yang diberi nama Al-Furqon. Dari masjid inilah denyut kegiatan keislaman tumbuh: pengajian, mengaji anak-anak, hingga lahir gagasan mendirikan TK Iqra.

TK Iqra berkembang, meluluskan generasi kecil Qur'ani. Dorongan masyarakat, wasiat para ulama, serta semangat kaderisasi persyarikatan melahirkan cita-cita yang lebih besar: mendirikan sebuah pondok pesantren. Fasilitas sederhana berupa dua ruang kelas, dua asrama, sebuah masjid, dan rumah pembina di atas tanah 56 bata menjadi pondasi awal.

Tahun 1992 menjadi titik sejarah. Negosiasi dengan PDM Tasikmalaya membuka jalan lahirnya Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon. Proses panjang, musyawarah, hingga persiapan kurikulum yang dirancang empat tokoh, akhirnya berbuah hasil. Pada Juni 1992, pesantren resmi beroperasi dengan 34 santri perdana, 19 putra dan 15 putri. Haflah peresmian dilakukan PWM Jawa Barat pada 2 Desember 1992, menandai babak baru perjalanan ini.